Senin, 20 Juni 2016

OPERA JAWA Annisa Karina



OPERA JAWA
Annisa Karina Maharani. 2013.1.111.1080. /kritik Tari. Seni Tari.6. STKWS. 2016.
Dosen:  R. Djoko Prakosa

Di dalam pembuatan film ini yang berjudul Opera Jawa mengandung nilai Sains, Estetika, Teknologi, dan Simbolis. Film ini diproduksi oleh SET FILM WORKSHOP.  Pembuatan film sendiri dibantu oleh
1.      New Crowned Hope Festival Vienna 2006
2.      Set Film Worshop
3.      Goteborg Film Found
4.      Hubert Bals Fund of the International Film
5.      Festival Rotterdam
6.      Swiss Agency for Development and Cooperation
Sumber dari film ini adalah awalnya saya menonton video pada saaat mata kuliah Kritik Tari yang diputarkan oleh Dosen saya bernama Joko Prakosa, M.sn. Kemudian tugasnya adalah mengkritik film ini. Untuk melengkapinya saya melihat film ini secara lengkap dan langsung melalui You tube.
            Film ini merupakan visualisasi dari cerita Kisah Cinta antara Rama dan Sinta kemudian ada sosok Rahwana yang sangat menyukai, mencintai dan ingin mendapat Sinta. Dimana adegan pada film ini adalah pada saat bagaimana Rahwana berusaha untuk menculik Sinta dari tangan Rama dan Leksmana adiknya. Setiap adegannya menggunakan simbol – simbol tertentu, selalin itu juga terdapat unsur dramatik juga dengan perpaduan Tari Tradisional, Budaya (Adat Istiadat) Jawa serta unsur Musik, Teater, tidak lupa juga unsur Seni Rupa. Sehingga semua elemen seni (Seni Tari, Seni Musik, Seni Teater dan Seni Rupa) terdapat pada film ini dan melebur menjadi satu di dalamnya. Bagaimanapun caranya Rama akan tetap mempertahankan Sinta dibantu oleh adiknya Leksmana. Pemeran Utama dalam film ini adalah
1.      Martinus Miroto                sebagai            Rama
2.      Artika Sari Dewi               sebagai            Sinta
3.      Eko Supriyanto                 sebagai                        Rahwana
4.      Jacko Siompo Pui              sebagai                        Anoman



Untuk pemeran pembantu lainnya adalah
1.      Retno Maruti
2.      I Nyoman Sura
3.      Slamet Gundono

Kemudian dalam cuplikan Film ini dibagi menjadi beberapa adegan yang pokok yaitu dimulai dengan
a.       Adegan 1
Terlihat sekumpulan masyarakat yang berkumpul menjadi satu dan membentuk sebuah lingkaran. Mereka semuanya bersamaan melihat dan mendengarkan sebuah cerita yang diceritakan oleh seorang pendongeng yang duduk di sebuah kursi, berada di tengah – tengah kerumpunan, berbadan gemuk, kulit putih, memakai syal udeng di leher berwarna coklat, celan berwarna abu – abu, memakai topi koboi berwarna hitam dan tidak memakai baju. Sedangkan di bawahnya (di depannya) persis dengan posisi duduk bersila adalah Ketua Adat, disampingnya adalah Rama sedangkan di depannya Rama adalah Sinta. Ketua Adat sendiri memakai hem berwarna putih lengan panjang, sarung disilang ke kanan pada bagian puggung depan dan belakang serta udeng, Di samping kirinya gambaran dari seorang Rama. Ia memakai  hem berwarna abu – abu muda lengan pemdek. Celan panjang berwarna coklat, Potongan rambut rapi, duduk bersila dengan posisi kedua tangan digenggan  medepannjadi 1. Untuk gambrannya Sinta sendiri adalah memakai Kemeja Putih Bunga lengan pendek, Berambut panjang di kuncir bawah, membawa keranjang belanja yang terbuata dari anyaman bamboo yang berisi sayuran, membawa kukusan yang terbuat dari anyaman bamboo berbentuk kerucut biasanya dipakai untuk menanak nasi, kedua tanga menggemgam menjadi satu.
Keduanya saling memandang satu sama lain dan tersenyum. Begitu juga melihat ke samping kana dan kiri untuk me;lihat Ketua Adat berbicara dan menyampaikan pesan kepada mereka berdua. Di depannya terdapat kotak berwarna coklat. Kemudian tangan ketiganya bergabung  menjadi satu berada di tengah atau di atas kotak tersebut. Setelah dibuka kotak itu ternyata di dalamnya berisi sebuah hati yang masih segar. Pendongeng itu sambil berkata dan bernyanyi bahwa di dalam hati babi ini semua orang bisa melihat seluruh kehidupannya. Selain itu juga bisa membaca nasib siapa pun. Dalam kehidupan, kematian serta cinta itu bercampur bersama – sama. Inilah ceritanya Sang Dewi Sinta. Hati yang diperebutkan oleh banyak laki – laki se- dunia. Mulai dari jaman dahulu (Adam atau Nabi) samapi Adam Smith. Semua orang mencari tentang kebenaran setiap manusia itu belum tentu benar. Untuk gambaran dari masyarakatnya berpakaian jaman sekarang tetapi terlihat sederhana.

b.      Adegan 2
Terlihat suasana di sebuah rumah kuno atau Desa terdapat empat (4)  kursi tamu dan satu (1) meja bundar membentuk lingkaran, ada (1) dipan (tempat tidur) dengan dialasi karpet yang terbuat dari anyaman bambu diatasnya terdapat satu (1) besek berukuran sedang yang terbuat dari bamboo serta satu (1) rambut cemara, satu (1) meja rias berbentuk kotak di atasnya terdapat kukusan dari anyaman bambu, satu (1) kaca rias, satu (1) kursi, dua (2) cemara yang tergantung di dinding, jendela yang bersekat kayu, satu (1) kaca jendela kecil, dua (2) pintu yang berslambu. Disini sosok Sinta duduk diatasa dipan dengan memegang satu (1) buah kukusan seperti membanyangkan sesuatu dan sambil berpikir. Kemudian kukusan itu diletakkannya kembali secara pelan – pelan di samping kanannya. Dengan rambut terurai panjang, memakai daster panjangnya di bawah lutut, bermotif bunga – bunga.

c.       Adegan 3
 Suasana berada di sebuah Desa dengan berbagai macam aktifitas, rutinitas, pekerjaan yang dilakukan setiap harinya. Terlihat ada tiga (3) orang yang membakar gerabah, dua (2) orang laki – laki, satu (1) orang perempuan membuat kerajinan kendi atau guci yang terbuat dari tanah liat. Sedangkan lima (5) orang perempuan paru baya membuat guci tetapi dari proses awal pembentukkannya dengan berbagai macam bentuk. Mereka semuanya ada yang memakai pakaian (busana) kebaya kuno, daster, sewek, kaos, celana panjang. Untuk sosok Sinta memakai daster panjang motif bunga – bunga dengan rambut di kepang panjang ke samping kiri, kegiatannya sendiri adalah menghitung hasil dari hasil penjualannya dan ada satu (1) perempuan paru baya yang berbicara dengannya. Tiga (3) perempuan paru baya asyik mengobrol bersama. Kemudian ada satu (1) perempuan yang sedang proses membuat kendi. Ada juga tiga (3) perempuan paru baya yang membuat sanggul. Disini terlihat sekali tentang bagaimana kehidupan di jaman dahulu tentang segala rutinitas, kegiatan, aktifitasnya di dalam bekerja selain itu saling bekerjasama, saling membantu satu (1) sama lainnya, kerukunannya. Terlihat bagaimana keaslian Indonesia dalam mempertahankan dan membudidayakan Kebudayaannya sendiri tanpa terpengaruh oleh Budaya Asing.

d.      Adegan 4
Pada adegan ini terlihat pemeran gambaran dari Leksmana sedang melakukan ritual atau doa di sebuah hutan. Di hutan itu terdapat banyak pepohonan tetpi hanya satu pohon yang dipilihnya dan diberi kain berbentuk persegi pangjang melingkari besarnya pohon sehingga terlihat pohon keramat. Di bagian bawahnya ada sebuah balok kayu dan diberi kain putih. Selain itu ada sebuah nampan yang berisi tentang perlengkapan ritual atau doa serta ada berapa biji Dupa yang dinyalakan sehingga menimbulkan efek asap. Saat itu sosok pemeran Leksmana memakai baju hem berwarna cream lengan pendek, udeng bali berwarna putih, sarung pangjangnya diatas mata kaki, memakai sabuk di pinggang, dan berduduk bersila melakukan ritual dan doa. Selesainya sajennya dibawa pulang kembali.

e.       Adegan 5
Untuk adegan ini terlihat pemeran dari gambaran Rama dan Sinta sedang bersama di sebuah halaman untuk mengambil buah sukun dengan menggunakan tongkat panjang dan bagian ujungnya ada pisaunya. Di adegan ini Rama memakai baju kaos polos berwarna putih dengan celana pangjang berwarna coklat, sedangkan Sinta memakai daster berwarna coklat dan rambutnya diikat satu di bawah. Saat adegan ini terlihat sekali kemesraan keduanya dengan balutan kebahagian,keharmonisan, dan kesetiaan. Terlihat saat adegan Sinta mengambilkan alat untuk mengambil buah antara Rama dan Sinta saling memendang dengan tersenyum bahagia.

f.       Adegan 6
Terlihat sekali bagaimana kebersamaan, kemesraan, keharmonisan diantara keduanya. Saat itu Sinta membuat sanggul dan mengambil tusuk kondenya sedangkan Rama duduk dibelakang Sinta, keduanya duduk bersama di atas Ranjang atau Dipan dengan saling memandang. Rama pun ikut mengambil dan memegang tusuk konde yang akan di pasang di sanggul. Sehingga keduanya saling memegang tangannya dan jari tangan Rama digit kecil oleh Sinta. Keduanya memakai baju batik. Untuk Rama memakai warna hitam dengan motif  berwarna abu – abu sedangkan Sinta dengan motif bunga berwarna hijau muda. Keduanya mulai melakukan gerak – gerak tertentu (menari) serta keduanya menembang. Isinya sendiri adalah Meskipun tanah sudah aku hidupkan aku dan kamu Rama Sinta yang tersnigkir dan buminya sendiri yang ada cuma Kesetian, kemesraan, kebahagiaan, doa serta cinta. Walaupun nembang keduanya bergerak (menari) dengan posisi jari 1 nyempurit.

g.      Adegan 7
Banyak terlihat patung – patung hanya bagian kepalanya saja. Ada yang berwarna merah dan putih. Dan bisa dinyalakan sebagai lilin. Seperti terlihat di sebuah ruangan untuk memotong daging sapi, terlihat bahawa di dalam ruangan itu satu ekor sapi yang sudah terkelupas kulitnya, dan daging sapi itu digantung. Kemudian muncullah seorang laki – laki sebagai gambaran dari Rahwana yang berkuasa, terlihat kejam dan bengis. Dengan memakai celana berwarna hitam, jarik pendek berwarna coklat, memakai sabuk merah serta berabut panjang ikal. Kemudian sambil menembang yaitu Aku setetes darah ibu yang berwujud badan, daerah yang menutunku jadi manusia, aku penguasa dunia dari lahirnya rahim ibuku, semua adalah kekuasaaku, Lebur. Kemudian sosok Rahwana itu mengambil sebuah potongan kepala sapi kemudian banyak patung berbentuk kepala manusia dan tengahnya menyala seperti lilin yang menyala dan ditiupnya.

h.      Adegan 8
Suasananya berada di Pasar sebuah Desa. Muncul segerombolan laki – laki dengan memakai sarung yang motifnya kotak – kotak, memakai topi koboi (laken kecil), membawa kursi lipat yang terbuat bamboo yang digendong di punggungnya dan kedua tangannya memegang alat cukur rambut yang digerakkan membuka dan menutup sehingga menimbulkan bunyi atau nada. Mereka semuanya berjalan secara perlahan dan membentuk sebuah barisan dengan mata tajam menorot ke depan. Kemudian melakukan beberapa gerakan tetapi pada akhirnya mereka semuanya berekspresi seperti sedang keadaan marah sehingga merusakserta melempari beberapa kios pedang daging yang kemudian dagingnya diambil dan dibuang sambil berteriak dan tertawa seperti mendapatkan kepuasan. Ada seorang pedagang paru baya yang sangat kecewa dengan perlakuan segerombolan laki – laki ini yang diungkapkan melalui tembang Mentang – mentang kamu orang yang berkuasa, tindakanmu seenaknya sendiri, aku salah apa? Kok kamu aniaya seperti ini, hatiku sakit sekali. Saat itu semua segerombolan laki – laki itu langsung mengkeroyok seorang bapak paru baya itu dibalik semak – semak (tumpukkan padi). Kemudian muncul seorang anak laki – laki yang menggendong adiknya di punggung sedang berjalan, tidak sengaja saat berjalan dia melihat ada sebuah patung yang membentuk manusia. Patung itu terbuat dari kain berwarna putih. Anak kecil itu heran dan bingung melihat patung itu, kemudian keluarlah seorang laki – laki paru baya yang membawa sapu lidi kecil dan mengusir anak laki – laki tersebut.
i.        Adegan 9
Saat itu adegan pembuatan gerabah yang dibakar. Setelah selesai diproses dianaikkan ke atas andong dan ditarik dengan dua ekor sapi. Terlihat pemeran Rama disitu berpesan kepada pemeran Leksmana melalui tembang yaitu Kewajibanmu adalah menunggu rumah dan jagalah istriku. Aku pergi tidak akan lama kemudian pemeran Sinta membuka dompet serta memberikannya kepada Rama dan sambil membetulkan baju Rama sebelum berangkat. Rama memberikan kunci kepada Leksmana. Barulah Rama berang untuk berdagang dan memegang kendali andong tersebut.

j.        Adegan 10
Adegan di sebuah ruang tamu rumah Rama, disitu Sinta duduk bersama dengan seorang kakek. Kakek tersebut seperti membrikan informasi dan berpesan kepada Sinta melalui tembang. Kemudian Leksmana datang dengan membawa minum yang tempatnya disebut cangkir. Sinta memegang sebuah gulungan kertas yang dibawa oleh kakek itu. Selesai membaca surat itu Sinta terihat bingung dan bimbang. Kemudian kakek tersebut pamitan untuk pulang. Sinta langsung masuk ke dalam kamar. Sedangkan Leksmana membersihkan meja ruang tamu dan membawa masuk ke dalam cangkir minuman tadi.

k.      Adegan 11
Leksmana membawa sesaji yang berisi bunga serta dupa yang sudah menyala. Kemudian dibelakangnya diikuti Sinta dan dibawanya ke dalam tumpukkan serabut kelapa yang sudah kering. Disitu Leksmana membacakan mantra – mantra atau doa untuk melindungi Sinta.

l.        Adegan 12
Terlihat Sinta berada di dapur rumahnya sedang menanak nasi. Kemudian, seperti gambaran atau halusinasi tentang bagaimana Rahwana ingin mengambil perhatian dan Hati Sinta, dengan simbol – simbol ada sekelompokpenari laki – laki dan perempuan yang sedang menari di dekat Sinta. Kemudian terlihat sosok Rahwana yang berusaha menghibur dan merayu Sinta yang saat melihatnya terus tersenyum dan tersenyum. Beberapa saat kemudian semuanya menari bersama dan bergembira dengan cara tang Rama mengulurkan tangannya kepada Sinta.

Pada pembuatan Film ini yang menvisualisasikan cerita Ramayana tentang Rama dan Sinta sangatlah bagus. Tentang bagaimana mereka semuanya memadukan antara pembuatan film modern dengan gambaran budaya jawa yang bekerjasama dengan para seniman, seniwati, penari, artis (Putri Indonesia) dan rakyat menjadi satu rangkaian yang terlihat pada sajian di sebuah Desa dan Hutan di dekat Desa tersebut. Untuk para pemain dalam film ini sudah benar – benar ahli dibidanganya semuanya bisa membawa penonton yang melihatnya untuk masuk ke dalam cerita tersebut yang dilengkapi dengan berbicara melalui tembang, iringan musik yang membawa suasananya. Di lain sisi untuk penggambaran tempat, suasana sudah sangat bagus kita seperti terbawa pada keadaan Indoonesia jaman dahulu, yang dilengkapi dengan pemakaian busananya dan kegiatan masyarakatnya sehari – hari. Tetapi ada kekurangan pada film ini mungkin tidak semuanya orang yang melihat akan mengerti tentang maksud dari film ini.
Untuk para pelaku seni kemungkinan jika melihat film ini akan mengerti tentang apa dan bagaimana serta maksud dari film ini sendiri. Karena dalam melihat film ini banyak sekali menggunakan simbol – simbol untuk menvisualisasikan dan mengartikan dalam adegan setiap adegan. Terlepas dari itu semuanya film ini sangat baik dan bagus tentang bagaimana ujian sebuah Kesetiaan di dalam menjalanikehidupan yang sudah berpasangan atau bersuami istri. Dimana di dalam pembuatan film ini mereka semuanya berusaha untuk tetap melestarikan dan mengembangkan Budayanya sendiri di tengah Era Globalisasi saat ini dan membuat penonton yang melihatnya selalu bertanya setelah adegan ini apa dan bagaimana kita masuk ke dalamnya untuk bertanya dan berpikir apa yang dimaksud dan pesan apa yang bisa diambil setelah kita menonton film ini.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar